Penulis : Ayu Sahuni
Tanggal Penulisan : 23 November 2013
Sekolah : SMP N 6 Merangin
Kelas : IXͣ
Tema : Penuduhan
Judul : “Tuduhan Kak Anti”
Panas
matahari mulai terlelap. Sorak-sorak anak menghiasi sudut rumah, yang asyik bermain
dengan riang dan gembira. Banyak orang-orang mondar-mandir pulang ke rumah. Dengan
membawa beban, ataupun dengan wajah yang lusuh dan lelah. Saat itulah, Aku pulang
les sekolah. Ingin sekali Aku menghabiskan waktu sejanak mengunjungi ke rumah Kak
Anti. Hanya perlu jalan saja untuk sampai ke rumah Kak Anti. Karena rumahku tak
terlalu jauh dari rumah Kak Anti. Kak Anti adalah Kakak sepupuku. Dia anak yang
sangat rajin, pintar, sehingga ia termasuk anak terpopuler disekolahnya. Ia
sekolah di SMAN Mekarsari. Sekolahnya lumayan jauh dari sekolahku, namun dekat
dengan rumahku. Aku yang sekarang duduk di bangku SMP kelas IX sangat sibuk
dengan urusan sekolahku. Sehingga tak ada waktu untuk bermain, atau mengunjungi
saudara-saudaraku.
Aku istirahat sejenak. Setelah rasa capekku
hilang, Akupun melangkahkan kaki ke rumah Kak Anti. “Assalamu’alaikum,” kataku
yang menunggu di depan teras rumah Kak Anti. “Wa’alaikumsalam, eh Aya. Ayo
masuk Mbak lagi nonton film kesukaan Mbak nih,”jawab Kak Anti sambil menyuruhku
masuk. “Ya Kak, by the way kok sendirian aja Kak, la Bulek dan Yaya kemana Kak?
kok sepi amet kayak kuburan,”kataku. “Yoh alah, mosok iya kayak kuburan,
padahal semuanya pada di dapur lo,”jawab Kak Anti. “Oo halah, ngomong atuh. Emm
perasaan film ini udah pernah liat, sampek bosen sama film ini. La orangnya
itu-itu aja,” “Yah, la Mbakkan pencinta drama Korea hidup dan mati,”jawab Kak
Anti sambil tertawa. “Wokehh la yang suka itu, tapi tetep bagiku Harry Pother
yang nomer one,”balasku sambil tersenyum. “Iya, kesukaan orang itukan beda-beda
Ay. Itu lo makan kuenya, itu kue Mbak sama Bulek yang bikin. Jangan dihabisin
lo, awas kalau dihabisin. Soalnya itu kue ke sukaan Mbak. Sek yo, Mbak mau buat
minum dulu, masak ada tamu gak dikasih minum. Jangan dihabisin lo Ay.”pesan kak
Anti berkali-kali kepadaku.
Aku hanya mengangguk saja kepadanya, karena ia selalu berpesan
berkali-kali kepadaku. Kemudian tak beberapa lama kemudian, Yaya Adik Kak Anti
datang menemaniku. “Woi ngapa koe di sini?”tanya Yaya kepadaku. “Enggak ngapa-ngapa,
emange kenapa? Masalah buat loe?”jawabku. “Iyo iyo, ini rumahku lo, jadi yo
masalah.”balasnya. “Karepmu dek-dek. Anak kecil nakalnya mintak ampun. Untung
masih anak kecil kalau udah gede gua
gibeng juga ini bocah.”jawabku dalam hati. Tiba-tiba Ibu Kak Anti memanggilku,
“Aya, sini dulu. Bulek mau ngomong sama kamu.”pinta Ibu Kak Anti. “Ya Bulek.”jawabku.
“Kapok koe mau dimarahin.”kata Yaya Adik Kak Anti. “Gen…!!”jawabku dengan kasar
dan raut wajah yang cemberut.
Aku berjalan mendatangi Bulek yang berada
di kamar Kak Anti. “Ngapa Bulek?”tanyaku. “Ibumu sudah bayar arisan belum?”
“Ooh, la entah Bulek. Aku enggak ngerti tuh.” “Kalau ternyata belum, Bulek mau
nitip uang.” “Oh ya nanti tak kabarin kok Bulek, Bulek tenang aja.” “Iya Ay.
Makasih ya.”balas Ibu Kak Anti kepadaku. Aku hanya membalas dengan senyuman
manis kepada Ibu Kak Anti. Setelah kami selasai berbincang-bincang, Kak Anti
datang. Dia memanggil dan mencari-cariku. “Ayaaa…!!!!”teriak Kak Anti yang masih
membawa minuman. “Ngopo lo Kak?”jawabku. “Enggak usah banyak omong deh. Itu kue
kenapa kamu habisin. Aku berpesan sama kamu untuk tidak menghabiskan kue itu,
kenapa kamu habiskan? Dasar kamu ini datang-datang malah buat masalah aja.”kata
Kak Anti dengan nada marah. “Loh,,loh,,loh…!! jangan asal nuduh ya…!! Kenapa
nuduh-nuduh orang sembarangan kek gitu. Aku itu gak suka sama kue kacang. Aku
juga gak rakus. Kayak kurang makan aja kue kek gitu dihabiskan. Yang jelas aja
lagi.”pekikku dengan balik marah kepada Kak Anti.
Tanpa pikir panjang lebar, Aku pulang dengan
keadaan kecewa berat dengan sifat Kak Anti yang menuduhku tanpa bukti. Aku
tidak pamit dengan Ibu Kak Anti maupun Kak Anti. Sesampainya di rumah, Aku
masih mengingat masalahku tadi. “Kenapa la bisa aku yang dituduh. Tadi aja aku
belum makan satupun. Dan kenapa Kak Anti dan aku malah saling marah. Seharusnya
aku gak marah tadi. Tapi karena dia menuduhku seperti itu, siapa yang gak marah
cobak?”kataku dalam hati, sambil merenung.
Hari mulai malam, mataharipun tergantikan
dengan sang rembulan. Cahaya kelap-kelip bintang yang menemani sang rembulan.
Saat itulah Aku bergegas sholat, makan,
belajar, lalu istirahat. Tak beberapa lama ada Send Messages Short atau
disingkat SMS dari Kak Anti. Ternyata Kak Anti meminta maaf kepadaku, ia
menyesal telah menuduhku sembarangan tanpa bukti yang pasti. Ternyata yang
memakan kue itu adalah Yaya, Adik Kak Anti. Kak Anti mengetahui itu semua dari
Adiknya sendiri. Aku sudah mengira bahwa yang memakan kue itu Yaya Adik Kak
Anti. Namun tidak adanya bukti untuk menjelaskan semua itu.
Sehingga Aku hanya bisa pulang dengan perasaan sedih, kecewa, dan tak
karu-karuan. “Sungguh takku sangka ia menuduhku, hanya kue kacang aja sampai
segitunya padaku. Apa lagi benda berharga. Pasti udah lapor polisi tuh. Huuuhh
nyebelin banget. Niatnya bersillahturahmi malah dituduh kek gitu.
Nasib..nasib…!!!”kataku dalam hati. Aku membalas SMSnya Kak Anti, dan Aku juga
meminta maaf atas kesalahanku yang ikut-ikutan marah kepadanya. Aku tidak menjelaskan
semua yang terjadi sebenarnya terhadap Kak Anti, tapi malah ikut-ikutan marah.
Dia juga memafkan kesalahanku itu. Aku yang hanya bisa tersenyum dan tertawa
melihat tingkah konyol kami, yang seperti anak kecil. Pada akhirnya Aku dan Kak
Anti dapat mengambil hikmah dari masalah ini yang terjadi kalio ini.
SELESAI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar