Kamis, 28 November 2013


Penulis : Ayu Sahuni
Tanggal Penulisan : 23 November 2013
Sekolah : SMP N 6 Merangin
Kelas  : IXͣ
Tema : Penuduhan
Judul  : “Tuduhan Kak Anti”

      Panas matahari mulai terlelap. Sorak-sorak anak menghiasi sudut rumah, yang asyik bermain dengan riang dan gembira. Banyak orang-orang mondar-mandir pulang ke rumah. Dengan membawa beban, ataupun dengan wajah yang lusuh dan lelah. Saat itulah, Aku pulang les sekolah. Ingin sekali Aku menghabiskan waktu sejanak mengunjungi ke rumah Kak Anti. Hanya perlu jalan saja untuk sampai ke rumah Kak Anti. Karena rumahku tak terlalu jauh dari rumah Kak Anti. Kak Anti adalah Kakak sepupuku. Dia anak yang sangat rajin, pintar, sehingga ia termasuk anak terpopuler disekolahnya. Ia sekolah di SMAN Mekarsari. Sekolahnya lumayan jauh dari sekolahku, namun dekat dengan rumahku. Aku yang sekarang duduk di bangku SMP kelas IX sangat sibuk dengan urusan sekolahku. Sehingga tak ada waktu untuk bermain, atau mengunjungi saudara-saudaraku.
      Aku istirahat sejenak. Setelah rasa capekku hilang, Akupun melangkahkan kaki ke rumah Kak Anti. “Assalamu’alaikum,” kataku yang menunggu di depan teras rumah Kak Anti. “Wa’alaikumsalam, eh Aya. Ayo masuk Mbak lagi nonton film kesukaan Mbak nih,”jawab Kak Anti sambil menyuruhku masuk. “Ya Kak, by the way kok sendirian aja Kak, la Bulek dan Yaya kemana Kak? kok sepi amet kayak kuburan,”kataku. “Yoh alah, mosok iya kayak kuburan, padahal semuanya pada di dapur lo,”jawab Kak Anti. “Oo halah, ngomong atuh. Emm perasaan film ini udah pernah liat, sampek bosen sama film ini. La orangnya itu-itu aja,” “Yah, la Mbakkan pencinta drama Korea hidup dan mati,”jawab Kak Anti sambil tertawa. “Wokehh la yang suka itu, tapi tetep bagiku Harry Pother yang nomer one,”balasku sambil tersenyum. “Iya, kesukaan orang itukan beda-beda Ay. Itu lo makan kuenya, itu kue Mbak sama Bulek yang bikin. Jangan dihabisin lo, awas kalau dihabisin. Soalnya itu kue ke sukaan Mbak. Sek yo, Mbak mau buat minum dulu, masak ada tamu gak dikasih minum. Jangan dihabisin lo Ay.”pesan kak Anti berkali-kali kepadaku.
       Aku hanya mengangguk saja kepadanya, karena ia selalu berpesan berkali-kali kepadaku. Kemudian tak beberapa lama kemudian, Yaya Adik Kak Anti datang menemaniku. “Woi ngapa koe di sini?”tanya Yaya kepadaku. “Enggak ngapa-ngapa, emange kenapa? Masalah buat loe?”jawabku. “Iyo iyo, ini rumahku lo, jadi yo masalah.”balasnya. “Karepmu dek-dek. Anak kecil nakalnya mintak ampun. Untung masih anak kecil  kalau udah gede gua gibeng juga ini bocah.”jawabku dalam hati. Tiba-tiba Ibu Kak Anti memanggilku, “Aya, sini dulu. Bulek mau ngomong sama kamu.”pinta Ibu Kak Anti. “Ya Bulek.”jawabku. “Kapok koe mau dimarahin.”kata Yaya Adik Kak Anti. “Gen…!!”jawabku dengan kasar dan raut wajah yang cemberut.
       Aku berjalan mendatangi Bulek yang berada di kamar Kak Anti. “Ngapa Bulek?”tanyaku. “Ibumu sudah bayar arisan belum?” “Ooh, la entah Bulek. Aku enggak ngerti tuh.” “Kalau ternyata belum, Bulek mau nitip uang.” “Oh ya nanti tak kabarin kok Bulek, Bulek tenang aja.” “Iya Ay. Makasih ya.”balas Ibu Kak Anti kepadaku. Aku hanya membalas dengan senyuman manis kepada Ibu Kak Anti. Setelah kami selasai berbincang-bincang, Kak Anti datang. Dia memanggil dan mencari-cariku. “Ayaaa…!!!!”teriak Kak Anti yang masih membawa minuman. “Ngopo lo Kak?”jawabku. “Enggak usah banyak omong deh. Itu kue kenapa kamu habisin. Aku berpesan sama kamu untuk tidak menghabiskan kue itu, kenapa kamu habiskan? Dasar kamu ini datang-datang malah buat masalah aja.”kata Kak Anti dengan nada marah. “Loh,,loh,,loh…!! jangan asal nuduh ya…!! Kenapa nuduh-nuduh orang sembarangan kek gitu. Aku itu gak suka sama kue kacang. Aku juga gak rakus. Kayak kurang makan aja kue kek gitu dihabiskan. Yang jelas aja lagi.”pekikku dengan balik marah kepada Kak Anti.
      Tanpa pikir panjang lebar, Aku pulang dengan keadaan kecewa berat dengan sifat Kak Anti yang menuduhku tanpa bukti. Aku tidak pamit dengan Ibu Kak Anti maupun Kak Anti. Sesampainya di rumah, Aku masih mengingat masalahku tadi. “Kenapa la bisa aku yang dituduh. Tadi aja aku belum makan satupun. Dan kenapa Kak Anti dan aku malah saling marah. Seharusnya aku gak marah tadi. Tapi karena dia menuduhku seperti itu, siapa yang gak marah cobak?”kataku dalam hati, sambil merenung.
       Hari mulai malam, mataharipun tergantikan dengan sang rembulan. Cahaya kelap-kelip bintang yang menemani sang rembulan. Saat itulah Aku  bergegas sholat, makan, belajar, lalu istirahat. Tak beberapa lama ada Send Messages Short atau disingkat SMS dari Kak Anti. Ternyata Kak Anti meminta maaf kepadaku, ia menyesal telah menuduhku sembarangan tanpa bukti yang pasti. Ternyata yang memakan kue itu adalah Yaya, Adik Kak Anti. Kak Anti mengetahui itu semua dari Adiknya sendiri. Aku sudah mengira bahwa yang memakan kue itu Yaya Adik Kak Anti. Namun tidak adanya bukti untuk menjelaskan semua itu.
      Sehingga Aku hanya bisa pulang dengan perasaan sedih, kecewa, dan tak karu-karuan. “Sungguh takku sangka ia menuduhku, hanya kue kacang aja sampai segitunya padaku. Apa lagi benda berharga. Pasti udah lapor polisi tuh. Huuuhh nyebelin banget. Niatnya bersillahturahmi malah dituduh kek gitu. Nasib..nasib…!!!”kataku dalam hati. Aku membalas SMSnya Kak Anti, dan Aku juga meminta maaf atas kesalahanku yang ikut-ikutan marah kepadanya. Aku tidak menjelaskan semua yang terjadi sebenarnya terhadap Kak Anti, tapi malah ikut-ikutan marah. Dia juga memafkan kesalahanku itu. Aku yang hanya bisa tersenyum dan tertawa melihat tingkah konyol kami, yang seperti anak kecil. Pada akhirnya Aku dan Kak Anti dapat mengambil hikmah dari masalah ini yang terjadi kalio ini.
SELESAI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar