Rabu, 15 Januari 2014

Sejarah Nabi Muhamad SAW
Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW pertama kali diselenggarakan oleh Muzaffar ibn Baktati, raja Mesir yang terkenal arif dan bijaksana. Sedangkan pencetus ide peringatan adalah panglima perangnya, Shalahuddin Yussuf Al-Ayubi (abad Pke-6 M), sosok pemimpin pasukan Islam yang pernah mengalahkan pasukan Kristen dalam Perang Salib. Shalahuddin juga merupakan panglima Islam di masa Khalifah Muiz Liddinillah dari dinasti Bani Fathimiyah di Mesir (berkuasa 365 H/975 M). Seperti disebutkan dalam Ensiklopedia Islam untuk Pelajar, ia kemudian juga gigih menyelenggarakan peringatan Maulid Nabi dari tahun ke tahun di masanya.

  1. Inilah teks penyerupaan dengan orang-orang Kristen. Sesungguhnya perayaan maulid Nabi –shallallaahu ‘alaihi wa sallam- ini menyerupai orang-orang Kristen, padahal “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum maka dia termasuk kaum itu.”[3] Dan inilah yang dikabarkan serta yang dikhawatirkan oleh Rasulullah –shallallaahu ‘alaihi wa sallam-, “Sesungguhnya kalian akan mengikuti jalan-jalan orang sebelum kalian sedikit demi sedikit sampai seandainya mereka masuk ke lubang biawak kalian juga akan mengikuti mereka. “ (HR. al-Bukhari dan Muslim).

Para Ulama yang mengingkari perayaan bid’ah ini telah sepakat, demikian juga dengan orang-orang yang mendukung acara bid’ah ini bahwa Rasulullah –shallallaahu ‘alaihi wa sallam- tidak pernah merayakan maulidnya dan juga tidak pernah menganjurkan atau memerintahkan hal ini. Para sahabat beliau, para tabi’in dan tabi’ut tabi’in yang merupakan orang-orang terbaik umat ini serta yang paling bersemangat mengikuti Sunnah Rasulullah –shallallaahu ‘alaihi wa sallam- mereka semuanya tidak pernah merayakan maulid. Tiga generasi umat Islam yang telah direkomendasi oleh Rasulullah –shallallaahu ‘alaihi wa sallam- berlalu dan tidak di temui pada saat-saat itu perayaan-perayaan maulid ini. Tapi ketika Daulah Fatimiyyah di Mesir berdiri pada akhir abad keempat muncullah perayaan atau peringatan maulid Rasulullah –shallallaahu ‘alaihi wa sallam- yang pertama dalam sejarah Islam, sebagaimana hal ini dikatakan oleh al-Migrizii, dalam kitabnya “al-Mawa’idz wal i’tibar bidzikri al-Khuthath wa al-Aatsar”, “Dahulu para khalifah/penguasa Fatimiyyun selalu mengadakan perayaan-perayaan setiap tahunnya, diantaranya adalah perayaan tahun baru, asy-Syura, maulid Rasulullah –shallallaahu ‘alaihi wa sallam-, maulid ‘Ali bin Abi Thalib, maulid Hasan dan Husein –radhiyallaahu ‘anhum-, dan maulid Fatimah –radhiyallaahu ‘anha- dll.

Kapan Sebenarnya Malam Kelahiran Rasulullah –shallallaahu ‘alaihi wa sallam-?

Malam kelahiran Rasulullah –shallallaahu ‘alaihi wa sallam- tidak diketahui secara qath’i (pasti), bahkan sebagian ulama kontemporer menguatkan pendapat yang mengatakan bahwa ia terjadi pada malam ke-9 Rabi’ul Awal, bukan malam ke-12. Jika demikian, peringatan maulid Rasulullah –shallallaahu ‘alaihi wa sallam- pada malam ke-12 Rabi’ul Awal tidak ada dasarnya, bila dilihat dari sisi sejarahnya.

Pelopor Pertama Maulid Nabi

Pada tahun 317 H muncul di Maroko sebuah kelompok yang di kenal dengan Fatimiyyun (pengaku keturunan Fatimah binti Ali bin Abi Tholib) yang di pelopori oleh Abu Muhammad Ubeidullah bin Maimun al-Qoddah. Dia adalah seorang Yahudi yang berprofesi sebagai tukang wenter, dia pura-pura masuk ke dalam Islam lalu pergi ke Silmiyah negeri Maroko. Kemudian dia mengaku sebagai keturunan Fatimah binti Ali bin Abi Tholib dan hal ini pun di percaya dengan mudah oleh orang-orang di Maroko hingga dia memiliki kekuasaan.

Ibnu Kholkhon4 4. Dia adalah Ahmad bin Muhammad bin Ibrahim bin Kholkhon, pengikut madzhab Syafi’i. Dia dilahirkan tahun 608 H. Seorang ahli sastra Arab dan penyair. Beliau meninggal pada tahun 681 H dan disemayamkan di Damaskus (Pent). berkata tentang nasab Ubeidillah bin Maimun al-Qoddah : “Semua Ulama sepakat untuk mengingkari silsilah nasab keturunannya dan mereka semua mengatakan bahwa, semua yang menisbatkan dirinya kepada Fatimiyyun adalah pendusta. Sesungguhnya mereka itu berasal dari Yahudi dari Silmiyah negeri Syam dari keturunan al-Qoddah. Ubeidillah binasa pada tahun 322 H, tapi keturunannya yang bernama al-Mu’iz bisa berkuasa di Mesir dan kekuasan Ubeidiyyun atau Fatimiyyun ini bisa bertahan hingga 2 abad lamanya hingga mereka dibinasakan oleh Sholahuddin al-Ayubi pada tahun 546 H.” 5 5. Lihat Firoq Mu’ashiroh oleh DR Gholib Al-’Awajih 2/493-494.
 

Perlu diketahui bahwa kelompok Bathiniyah ini memiliki beberapa nama / sekte. Diantaranya : Nushairiyah, Duruz, Qoromithoh (Ubeidiyyin/Fathimiyyin), Ibahiyah, Isma’iliyah dll.
Perlu diketahui bahwa Maimun al-Qoddah ini adalah pendiri madzhab/aliran Bathiniyyah yang didirikan untuk menghancurkan Islam dari dalam. Aqidah mereka sudah keluar dari Islam bahkan mereka lebih sesat dan lebih berbahaya dari Yahudi dan Nasrani. Tidak ada yang bisa membuktikan akan hal ini kecuali sejarah mereka yang bengis dan kejam terhadap kaum muslimin, diantaranya : pada tahun 317 H ketika mereka telah sangat berkuasa dan bisa sampai ke Ka’bah mereka membunuh jama’ah haji yang sedang berthowaf pada hari Tarwiyah (8 Dzulhijjah). Mereka jadikan Masjid Haram dan Ka’bah lautan darah di bawah kepemimpinan dedengkot mereka Abu Thohir al-Janaabi.

Abu Thohir ketika pembantaian ini duduk di atas pintu Ka’bah menyaksikan pembunuhan terhadap kaum muslimin/jama’ah haji di Masjid Haram dan dibulan haram/suci. Dia mengatakan : “Akulah Allah, Akulah Allah, Akulah yang menciptakan dan Akulah yang membinasakan” -Mahasuci Allah dari apa yang ia katakan -. Tidak ada seorang yang thowaf dan bergantung di Kiswah Ka’bah melainkan mereka bunuh satu persatu.
Setelah itu mereka buang jasad-jasad tersebut ke sumur zam-zam. Dan mereka cungkil pintu Ka’bah dan mereka sobek kiswah Ka’bah serta mereka ambil hajar aswad dengan paksa. Pemimpin mereka (Abu Thohir) ketika melakukan hal tersebut dia mengatakan : “Dimana itu burung (Ababil), mana itu batu-batu yang (di buat melempar Abrahah)???” Mereka menyimpan hajar aswad di Mesir selama 22 tahun.6 6. Lihat Bidayah wan Nihayah hal. 160-161 oleh Ibnu Katsir. Ini adalah gambaran singkat kekufuran Bathiniyyah.
Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW pertama kali diselenggarakan oleh Muzaffar ibn Baktati, raja Mesir yang terkenal arif dan bijaksana. Sedangkan pencetus ide peringatan adalah panglima perangnya, Shalahuddin Yussuf Al-Ayubi (abad Pke-6 M), sosok pemimpin pasukan Islam yang pernah mengalahkan pasukan Kristen dalam Perang Salib. Shalahuddin juga merupakan panglima Islam di masa Khalifah Muiz Liddinillah dari dinasti Bani Fathimiyah di Mesir (berkuasa 365 H/975 M). Seperti disebutkan dalam Ensiklopedia Islam untuk Pelajar, ia kemudian juga gigih menyelenggarakan peringatan Maulid Nabi dari tahun ke tahun di masanya.

  1. Inilah teks penyerupaan dengan orang-orang Kristen. Sesungguhnya perayaan maulid Nabi –shallallaahu ‘alaihi wa sallam- ini menyerupai orang-orang Kristen, padahal “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum maka dia termasuk kaum itu.”[3] Dan inilah yang dikabarkan serta yang dikhawatirkan oleh Rasulullah –shallallaahu ‘alaihi wa sallam-, “Sesungguhnya kalian akan mengikuti jalan-jalan orang sebelum kalian sedikit demi sedikit sampai seandainya mereka masuk ke lubang biawak kalian juga akan mengikuti mereka. “ (HR. al-Bukhari dan Muslim).

Para Ulama yang mengingkari perayaan bid’ah ini telah sepakat, demikian juga dengan orang-orang yang mendukung acara bid’ah ini bahwa Rasulullah –shallallaahu ‘alaihi wa sallam- tidak pernah merayakan maulidnya dan juga tidak pernah menganjurkan atau memerintahkan hal ini. Para sahabat beliau, para tabi’in dan tabi’ut tabi’in yang merupakan orang-orang terbaik umat ini serta yang paling bersemangat mengikuti Sunnah Rasulullah –shallallaahu ‘alaihi wa sallam- mereka semuanya tidak pernah merayakan maulid. Tiga generasi umat Islam yang telah direkomendasi oleh Rasulullah –shallallaahu ‘alaihi wa sallam- berlalu dan tidak di temui pada saat-saat itu perayaan-perayaan maulid ini. Tapi ketika Daulah Fatimiyyah di Mesir berdiri pada akhir abad keempat muncullah perayaan atau peringatan maulid Rasulullah –shallallaahu ‘alaihi wa sallam- yang pertama dalam sejarah Islam, sebagaimana hal ini dikatakan oleh al-Migrizii, dalam kitabnya “al-Mawa’idz wal i’tibar bidzikri al-Khuthath wa al-Aatsar”, “Dahulu para khalifah/penguasa Fatimiyyun selalu mengadakan perayaan-perayaan setiap tahunnya, diantaranya adalah perayaan tahun baru, asy-Syura, maulid Rasulullah –shallallaahu ‘alaihi wa sallam-, maulid ‘Ali bin Abi Thalib, maulid Hasan dan Husein –radhiyallaahu ‘anhum-, dan maulid Fatimah –radhiyallaahu ‘anha- dll.

Kapan Sebenarnya Malam Kelahiran Rasulullah –shallallaahu ‘alaihi wa sallam-?

Malam kelahiran Rasulullah –shallallaahu ‘alaihi wa sallam- tidak diketahui secara qath’i (pasti), bahkan sebagian ulama kontemporer menguatkan pendapat yang mengatakan bahwa ia terjadi pada malam ke-9 Rabi’ul Awal, bukan malam ke-12. Jika demikian, peringatan maulid Rasulullah –shallallaahu ‘alaihi wa sallam- pada malam ke-12 Rabi’ul Awal tidak ada dasarnya, bila dilihat dari sisi sejarahnya.

Pelopor Pertama Maulid Nabi


Pada tahun 317 H muncul di Maroko sebuah kelompok yang di kenal dengan Fatimiyyun (pengaku keturunan Fatimah binti Ali bin Abi Tholib) yang di pelopori oleh Abu Muhammad Ubeidullah bin Maimun al-Qoddah. Dia adalah seorang Yahudi yang berprofesi sebagai tukang wenter, dia pura-pura masuk ke dalam Islam lalu pergi ke Silmiyah negeri Maroko. Kemudian dia mengaku sebagai keturunan Fatimah binti Ali bin Abi Tholib dan hal ini pun di percaya dengan mudah oleh orang-orang di Maroko hingga dia memiliki kekuasaan.

Ibnu Kholkhon4 4. Dia adalah Ahmad bin Muhammad bin Ibrahim bin Kholkhon, pengikut madzhab Syafi’i. Dia dilahirkan tahun 608 H. Seorang ahli sastra Arab dan penyair. Beliau meninggal pada tahun 681 H dan disemayamkan di Damaskus (Pent). berkata tentang nasab Ubeidillah bin Maimun al-Qoddah : “Semua Ulama sepakat untuk mengingkari silsilah nasab keturunannya dan mereka semua mengatakan bahwa, semua yang menisbatkan dirinya kepada Fatimiyyun adalah pendusta. Sesungguhnya mereka itu berasal dari Yahudi dari Silmiyah negeri Syam dari keturunan al-Qoddah. Ubeidillah binasa pada tahun 322 H, tapi keturunannya yang bernama al-Mu’iz bisa berkuasa di Mesir dan kekuasan Ubeidiyyun atau Fatimiyyun ini bisa bertahan hingga 2 abad lamanya hingga mereka dibinasakan oleh Sholahuddin al-Ayubi pada tahun 546 H.” 5 5. Lihat Firoq Mu’ashiroh oleh DR Gholib Al-’Awajih 2/493-494.

 

Perlu diketahui bahwa kelompok Bathiniyah ini memiliki beberapa nama / sekte. Diantaranya : Nushairiyah, Duruz, Qoromithoh (Ubeidiyyin/Fathimiyyin), Ibahiyah, Isma’iliyah dll.
Perlu diketahui bahwa Maimun al-Qoddah ini adalah pendiri madzhab/aliran Bathiniyyah yang didirikan untuk menghancurkan Islam dari dalam. Aqidah mereka sudah keluar dari Islam bahkan mereka lebih sesat dan lebih berbahaya dari Yahudi dan Nasrani. Tidak ada yang bisa membuktikan akan hal ini kecuali sejarah mereka yang bengis dan kejam terhadap kaum muslimin, diantaranya : pada tahun 317 H ketika mereka telah sangat berkuasa dan bisa sampai ke Ka’bah mereka membunuh jama’ah haji yang sedang berthowaf pada hari Tarwiyah (8 Dzulhijjah). Mereka jadikan Masjid Haram dan Ka’bah lautan darah di bawah kepemimpinan dedengkot mereka Abu Thohir al-Janaabi.


Abu Thohir ketika pembantaian ini duduk di atas pintu Ka’bah menyaksikan pembunuhan terhadap kaum muslimin/jama’ah haji di Masjid Haram dan dibulan haram/suci. Dia mengatakan : “Akulah Allah, Akulah Allah, Akulah yang menciptakan dan Akulah yang membinasakan” -Mahasuci Allah dari apa yang ia katakan -. Tidak ada seorang yang thowaf dan bergantung di Kiswah Ka’bah melainkan mereka bunuh satu persatu.

Setelah itu mereka buang jasad-jasad tersebut ke sumur zam-zam. Dan mereka cungkil pintu Ka’bah dan mereka sobek kiswah Ka’bah serta mereka ambil hajar aswad dengan paksa. Pemimpin mereka (Abu Thohir) ketika melakukan hal tersebut dia mengatakan : “Dimana itu burung (Ababil), mana itu batu-batu yang (di buat melempar Abrahah)???” Mereka menyimpan hajar aswad di Mesir selama 22 tahun.6 6. Lihat Bidayah wan Nihayah hal. 160-161 oleh Ibnu Katsir. Ini adalah gambaran singkat kekufuran Bathiniyyah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar